Senin, 10 Oktober 2016

Waktu dari Jam 8 Malam

20.36 bulan Oktober 2016

Duduk tepat di meja pertama kali aku dan kamu bicara, waktu itu bulan Juni. Kamu muncul dari balik pintu, membalikan badan, tersenyum dan kita berjabat tangan. Kemudian kita berdiskusi disini. 

Satu bulan setelah itu aku membuat tulisan tentangmu karna tiba-tiba aku mengingatmu. Entah. Tapi, sepertinya Tuhan dan semesta milikNya mendengar dan mengabulkan harapanku di tulisan itu. Mereka memberikan waktu.

Aku ingat, sore itu hari Kamis sekitar pukul 4, aku ada di suatu kota, tak jauh dari Jakarta. Yang aku lupa, alasanku meninggalkan telepon genggamku di suatu tempat, hingga tak sadar banyak pesan singkat yang aku lewatkan. Salah satunya yang membuatku terkejut, namamu muncul disitu. Aku bingung, tapi tak bisa bohong, aku senang. Sungguh. Kamu masih mengingatku dan menyimpan nomerku rupanya.

Hari itu sebulan setelah hari raya. Ada sapaan yang dilanjutkan dengan "maaf lahir batin" dan kamu bertanya apa aku masih mengingatmu?

Saat itu kamu sedang dalam perjalanan pulang ke kotamu sebelum memulai hidup baru di kota lain. Bertukar kabar yang berakhir dengan sampai jumpa di kotamu bulan depan. 

Aku kembali memulai perjalanan ke kota lain, di kota kelahiranku dan tak jauh dari kota kelahiranmu. Pagi menjelang siang, sekitar pukul 10, namamu muncul di layar dengan sapaan singkat, aku bertanya bagaimana harinya di tempat baru itu yang ditutup dengan aku pamit pulang. Esoknya namamu muncul kembali dan seterusnya hingga aku kembali ke kota tempat aku dan kamu sebelumnya sama-sama tinggal. 

Sebelum akhir pekan, aku tidak membaca pesanmu terakhirmu, hingga kamu menghilang dari layar laptop saat aku kembali. Sejak itu namamu tak hanya muncul di layar laptop tapi juga di pesan singkat. Hingga tiba satu malam aku bingung dan takut. Aku takut membuat kesalahan, takut kamu menghilang dan perasaan perasaan yang paling aku kesalkan muncul kembali. Di satu tempat makan hampir tengah malam, sangat jauh dari rumah. Aku memutuskan membagi cerita tentangmu "I think i'm seeing someone" kepada teman dekatku. Dan berakhir dengan kesimpulan dibawa santai saja dan jangan punya ekspektasi. Hmmm... aku tahu benar, masalah ekspektasi tidak akan bisa bekerja dengan benar. Hari itu aku mencari jawaban apa yang sebaiknya dilakukan, berhenti atau mencoba menjalani.

Satu minggu, dua minggu berlalu.... Aku mulai tahu kegiatanmu, makanan yang kamu cari, kepusinganmu hingga tengah malam, lagu aneh yang muncul saat tengah malam kamu makan di kotamu dan tak sadar waktu yang kita janjikan untuk bertemu semakin dekat.

Hari itu akhir pekan. Aku menginap di satu hotel tak jauh dari pusat kota. Pagi hari cuaca kurang bersahabat untuk bisa beraktivitas di luar, aku terus mengamati langit dari kaca lantai kamarku sejak bangun tidur. Hujan dan berawan. Kita tak bisa berlama-lama bertemu sepertinya, semesta belum mendukung.

Setelah perjuanganmu mencari tempat itu dari kotamu, kamu muncul sekitar pukul 7 malam, mencoba menghubungiku namun aku tidak tahu (baru tersadar saat kita makan, ada namamu di panggilan tak terjawab). Aku terlebih dahulu menyadari sosokmu berjalan di lobby. Benar. Kamu menoleh. Aku bingung dan malah meracau soal cucian.

Kemana seharusnya? Aku dan kamu sama-sama tidak tahu kota ini dengan baik. Sama-sama baru beberapa kali kesini, hanya tahu beberapa tempat. Berakhir di satu pusat perbelanjaan terbesar di sana, makan, mengurus urusanmu dan kita duduk kelelahan sembari mencoba mencari alternatif lain untuk istirahat dan menikmati akhir pekan.

Mencari tempat yang masih buka hingga tengah malam dan tidak terlalu jauh. Kemudian menemukan semacam satu kawasan tempat makan dengan live music namun sayangnya, band sudah mengemasi alat musik mereka saat kita tiba. Tertawa miris sambil terus berjalan memilih tempat makan. Kamu memutuskan untuk berhenti di satu tempat makan dengan ornamen kayu. Not bad, Hanya saja saat menu dibuka lebih banyak alkohol dan ada menu pork. Kita sama-sama pasrah dengan alat memasak yang digunakan, kamu bilang baca Bismillah.

Cuaca cukup baik untuk duduk-duduk di kafe outdoor, cuaca setelah hujan. Baterai teleponmu mati, sambil menunggu terisi kita bertukar cerita. Aku, entahlah lupa bicara tentang apa. Kamu tentang pekerjaanmu, bagaimana menentukan harga jual produk dan hmm tak jauh dari itu. Aku menyimak, kamu tahu benar yang kamu kerjakan, lakukan dan menikmatinya. Aku senang mendengarkanmu mengoceh soal itu. Menikmati. Kita juga sibuk mengoceh tentang kentang goreng yang terlalu asin sampai-sampai memakannya butuh effort lebih, menggosok-gosok kentang ke tissue sebelum masuk ke mulut. Setelah itu, kamu bilang mau menemaniku melihat satu tempat yang belum pernah aku lihat. Aku sebenarnya tidak seserius itu mau kesana. 

Di tengah jalan hujan kembali datang, lebih deras, sudah hampir tengah malam kota ini yang seharusnya tak sesesak Jakarta malah menahan laju mobil. Tak bergerak. Ternyata ada kebakaran besar. Kita sama-sama penasaran melihat kebaran. Sampai ditempat itu tengah malam, lampu sudah dimatikan tapi kita tetap berjalan sambil mengamati sekitar. Membuka jendela. Mencoba menikmati perjalanan. Kamu kembali ke tempatku menginap, kendaraanmu disitu. Kamu memutuskan menginap di kota itu karna sudah tengah malam.

Kita bertemu lagi, dua hari kemudian. Kali ini aku ke kotamu. Dua hari.

Setelah itu, kamu masih muncul di layar. bertanya apakah jakarta hujan angin? atau bicara tentang kesenanganmu terhadap seni.

Minggu lalu kamu muncul lagi di layar, bertanya.
Apa kabarku? 


Setelah lama hilang dari layar.
Lama sekali aku rasa.
Hilang - yang tidak tahu kapan akan muncul.


Aku selalu bingung bagaimana menanggapi, tapi normalnya harusnya memang menjawab hai kabarku baik, atau ditambah dengan bagaimana kabarmu?

Ternyata itu tak mudah dan membingungkan.

Kamu muncul lagi.
Menanyakan bagaimana hariku?
Aku bertanya apa kamu marah.
Kamu bertanya kenapa.
Entah.
Akhirnya aku hanya menjawab ''idk, just suddenly you stop talking to me"
Aku mengerti kamu mulai banyak pekerjaan, sama seperti jawabanmu saat itu.

Ada lagi yang aku mulai pahami.
Aku menemukannya di salah satu tulisan sesesorang:

"Ketika ada orang yang "pergi" dari kehidupan kita, baik itu sengaja maupun tidak sengaja, itu karena satu alasan: waktu mereka bersama kita telah selesai"

Waktumu yang diberikan semesta untukku telah selesai. Ada waktunya memulai dan ada juga waktunya selesai. 

Kalau ditanya dan bicara rindu, pasti ada rasa itu. Tapi aku sedang belajar dan memahami, ini hanya soal waktu.

Terima kasih untuk waktu dan cerita yang dibagi bersamaku.

Senin, 03 Oktober 2016

Kenapa?

Kenapa?

Kata kenapa?
Bisa membuat sangat lelah.



Serius.
Sakit di kepala.
Kurang nyaman di dada.